Kapan Banjir Bandang Bisa Teratasi?

Beberapa tahun belakangan ini saat musim penghujan banjir bandang sering menerjang beberapa kawasan Bojonegoro, Tuban dan beberapa daerah di Jawa Timur.

Seperti yang terjadi di kabupaten Tuban, yakni di kota Tuban sendiri, Merakurak, Montong dan Parengan. Juga di beberapa wilayah Bojonegoro seperti di Sekar, Temayang dan Ngasem.

Terus kenapa ha lini bisa terjadi? Kalau dicermati secara komprehensif tentunya hal-hal inilah penyumbang terbesar terjadinya banjir bandang tersebut, yakni rusaknya hutan atau daerah tangkapan air akibat dari eksploitasi hutan secara besar-besaran tanpa terkendali, terjadinya pendangkalan sungai atau saluran air dan situ atau danau yang ada, terjadinya curah hujan yang tinggi akibat perubahan iklim / climate chancge. Dan juga tidak memadainya saluran-saluran yang ada untuk menampung air hujan yang ada.

Untuk mengatasi banjar bandang tersebut tentunya kerjasama semua pihak harus segera dilakukan. Pemerintah harus fokus dalam penanganan revitalisasi infrastruktur air dan menggalakkan pembelajaran / pemahaman ke masyarakat akan pentingnya menjaga daerah resapan air juga menjaga kebersihan sungai dan saluran air yang ada.

Menata ulang dan melakukan kajian teknis ulang terhadap daerah resapan air, melakukan re-engineering terhadap design sungai / saluran air dan danau / situ adalah hal yang sangat mendesak dilakukan. Kemudian mengaplikasikan hasil re-engineering tersebut.

Karena dengan kondisi hutan yang gundul dan sungai-sungai / saluran-saluran yang mengalami sedimentasi tentunya sudah tidak memadai lagi untuk menampung dan mengalirkan air hujan yang intensitasnya semakin membesar. Dan tidak kalah pentingnya adalh mengajak masyarakat ikut bertanggungjawab untuk menjaga daerah resapan air agar tidak semakin rusak, Dan menjaga kebersihan saluran air / sungai yang ada.

Kenapa harus dilakukan re-engineering terhadap kapasitas daerah resapan air dan terhadap danau / situ exusting dan sungai / saluran air existing? Hal ini sangat diperlukan karena sudah berubahnya parameter-parameter yang ada, mulai dari perubahan intensitas hujan, perubahan kapaaitas resapan air, perubahan daya tanping waduk dan sungai serta saluran. Mengingat perubahan tersebut maka re-engineering sangat diperlukan dan sangat mendesak sifatnya.

Langkah-langkah usaha tersebut tentunya memerlukan dana yang sangat besar dan juga memerlukan kerjasama semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten serta tentunya partisipasi masyarakat.

Sehingga dengan langkah-langkah usaha tersebut diharapkan banjir banding yang terjadi bisa dikurangi. Semoga! (*MA*)

  1. Tinggalkan komentar

Tinggalkan komentar